Disusun
Oleh :
Kelompok 6
v Ella Amelia
v Laumi Armesi
v Rahmi Eka Mardiansih
v Siti Aleka
v Wira
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
Jl. Hibrida Raya No.3 Telp (0736) 25091
BENGKULU
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada TUHAN YME yang telah memberikan rahmatnya kepada
kita semua, serta telah memberikan kita kesehatan sehingga bisa menyelesaikan
makalh ini dengan cukup baik.
Didalam makalh ini kami telah
menyusun beberapa pengetahuan tentang Perkembangan Dan Kesiapan Kehidupan
Neonatus Dari Intra Uterin Ke Ekstra Uterin yang mengenai IMUNOLOGI .Dengan
kemampuan kami, kami telah mengambil dari bebrapa sumber untuk menyelesaikan
makalah ini.
Kami sadar jika makalah ini belum
cukup sempurna tetapi kami berharap supaya makalah ini bisa menambah wawasan
bagi yang membacanya.Untuk ketidaksempurnaan itu kami juga membutuhkan kritik
dan saran dari pembaca.
Bengkulu, 01 Januari 2011
PENYUSUN
DAFTAR ISI
Kata pengantar ......................................................................................2
Pendahuluan ......................................................................................4
-latar belakan ......................................................................................4
-Rumusan masalah ......................................................................................4
-Tujuan khusus ......................................................................................4
-Tujuan umum ......................................................................................4
Landasan Teori ......................................................................................5
-sistem imun ......................................................................................5
-HLA ......................................................................................6
-Sel sel imun di
uterus.................................................................................8
Gambar dasar imunologi.............................................................................13
Penutup ......................................................................................15
-Kesimpulan ......................................................................................15
-Saran ......................................................................................15
Daftar pustaka ......................................................................................17
BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu
biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun
(kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis
sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada
gangguan imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas,
defisiensi
imun, penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis
komponen-komponen sistem imun in vitro, in situ, dan in vivo. Imunologi memiliki
berbagai penerapan pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi
beberapa subdisiplin.Oleh karena itu kami akan memberikan uraian mengenai dasar
dasar IMUNOLOGI.
B.RUMUSAN
MASALAH
- Apa yang dimaksud dengan system
imun?
- Apa yang dimaksud HLA?
- Bagaimana penerapan sel sel imun
di uterus?
- Apa saja Hipotesis yang berkaitan
dengan Keberhasilan Kehamilan Terkait dengan respons imun?
C.TUJUAN
UMUM
Memahami kehamilan sebagai suatu
kejadian paradoks dalam bidang imunologi
D.TUJUAN
KHUSUS
a. Memahami janin sebagai suatu jaringan
yang bersifat semialogenik
b. Memahami dasar dasar respons imun
innate dan adaptif
c. Memahami fungsi dan peran HLA dalam
pengenalan antigen
d. Memahami bagaimana HLA diturunkan dari
orang tua ke anak
e. Memahami sel sel imun diuterus
f. Mengetahui beberapa hipotesis tentang
toleransi system imun maternal pada antigen janin
BAB
2
LANDASAN
TEORI
SISTEM IMUNOLOGI
System
imun adalah suatu organisasi yang terdiri atas sel sel dan molekul molekul yang
memiliki peranan khusus dalam menciptakan suatu system pertahanan tubuh
terhadap infeksi atau benda asing.terdapat 2 jenis respons imun yang bebeda secara fundamental yaitu
A.respons yang bersifat
innate(alami/nonspesifik): respons imun tersebut akan selalu sama
seberapapun seringnya antigen tersebut masuk kedalam tubuh.
Respons ini akan menggunakan :
1. Sel
sel yng bersifat fagositik seperti neutrofil, monosit dan makrofag
2. Sel
sel yang akan menghasilkan mediator mediator inflamasi seperti basofil, sel
mast, dan eosinofil
3. Sel
NATURAL KILLER(NK)
Selain
itu system respons imun juga memiliki molekul molekul, seperti komplemen,
protein fase akut, dan sitokin.
B.respons yang bersifat adaptif
(didapat/spesifik):
akan terjadi perubahan respons imun menjadi adekuat seiring dengan semakin
seringnya antigen tersebut masuk ke dalam tubuh.
Respons adaptif akan
terlihat dengan adanya poliferasi sel sel limfosit T dan B.Sel limfosit akan B
akan menghasilkan antibodi dan sel limfosit T akan membunuh pathogen
intraselular dengan cara mengaktifkan makrofag atau membunuh secara langsung
sel sel yang terinfeksi oleh virus.
System imun dalam tubuh
manusia akan bereaksi apabila mampu mengenali kuman atu benda asing yang masuk
ke dalam tubuh.Molekul molekul yang dapat dikenali oleh reseptor sel sel imun
disebut sebagai antigen.LOkasi tempat
berikatan reseptor dengan molekul molekul tersebut ukurannya sangat terbatas.Oleh
karena itu, pada molekul molekul dengan struktur yang kompleks hanya mengenali sebagian dari struktur yang
kompleks disebut sebagai epitop.Artinya, suatu molekul dengan struktur yang
kompleks akan memiliki epitop yang bervariasi (mosaik).
Mikroorganisme yang
ditemukan sehari hari oleh seorang manusia yang sehat umumnya tidak akan menimbulkan gejala
penyakit sama sekali, karena umumnya akan berhasil dikenali dan dihancurka oleh
respons imun innate dalam hitungan menit atau jam.Untuk dapat bekerja dengan
efektif reseptor imun innate harus mampu mendeteksi antigen antigen yang
bersifat asing.Namun bebeda dengan reseptor yang ada pada respons imun adaptif
mka dalam proses imun innate reseptor reseptor yang ada relative lebih terbatas
dan konstan dari generasi ke generasi.Meski demikian system imun innate tetap
mampu mengenali mikroorganisme walaupun tingkat mutasi yang terjadi pada
mikroorganisme tersebut cukup tinggi keadaannya.Meski demikian reseptor2 imun
innate akan kesulitan berkembang biak
didalam sel sehingga komponen komponennya akan dibentuk dalam sel
contohnya virus.
Apabila mikroorganisme
tersebut mampu mengatasi hadangan dari system imun innate, maka akan dihadapi
oleh system imun adaptif.Mikroorganisme beserta produk produknya yang berada di
ekstraselular akan dikenali pada reseptor reseptor yang ada pada limfosit B,
dalam hal ini adalah antibodi.Sementara untuk mikroorganisme yang ada di
intraselular , produk produknya akan dikenali oleh reseptor reseptor yang ada
di limfosit T (T cell reseptor =TCR).TCR akan mengenali fragmen fragmen peptide
yang berasal dari mikroorganisme intrasel dan dipresentasikan oleh HLA pada permukaan sel atau sel sel khusus yang
disebut sebagai Antigen Presenting Cells(APC) seperti sel dendritik, makrofag,
dan limfosit B.
Human Leukocyte Antigen (HLA)
Seperti disebutkan
sebelumnya HLA memegang peranan penting dalam aktivasi respons imun baik yang
bersifat innate maupun adaptif. Kalau sistem innate cara mengenali antigennya
lebih kepada pengenalan struktur karbohidrat ataupun lipid yang asing, yang tidak
ditemukan di dalam tubuh (non-self), maka respons imun adaptif lebih melakukan
pengenalan kepada struktur peptide yang berasal dari protein asing (non-self).
Pengenalan terhadap struktur peptide ini akan lebih menguntungkan karena
diversitas struktur peptide ternyata lebih banyak jika dibandingkan dengan
karbohidratataupun lipid. Oleh karena itu, diharapkan sistem imun adaptif dapat
lebih mengenali secara spesifik suatu imunogen sehingga dapat memicu suatu
respons imun yang lebih spesifik.
HLA
adalah suatu molekul yang akan mempresentasikan fragmen peptida pada permukaan
sel. Fragmen peptide yang dipresentasikan oleh HLA berasal dari protein eksogen
ataupun endogen yang diproses baik melalui jalur endositik (HLA kelas II maupun
jalur sitosolik (HLA kelas I). fragmen
peptide yang dipresentasikan juga berasal dari protein self dan non-self. Oleh
karena proses tadi berjalan secara terus menerus, maka permukaan sel akan
dipenuhi oleh HLA-HLA dengan fragmen peptidanya masing-masing. Sel-sel yang tidak
terinfeksi tentu saja hanya akan mempresentasikan fragmen-fragmen peptida self.
Oleh karena itu, HLA juga bersifat sebagai pertanda imunogenik dimana memiliki
fungsi untuk membedakan antara sel-sel yang berasal dari diri sendiri (self)
dengan sel-sel yang berasal dari orang lain (non-self) atau
histokompatibilitas. Oleh karena itu, HLA sering disebut pula Major
Histocompatibility complex (MHC) yang ada pada manusia. Dasar-dasar pengetahuan
mengenai HLA saat ini telah jauh berkembang seiring dengan semakin majunya ilmu
kedokteran transplantasi. Hal ini jugalah yang mendasari pemikiran-pemikiran
mengenai keilmuan imunoilogi reproduksi.
HLA
berdasarkan struktur dan fungsinya terdiri atas 2 kelas, yaitu kelas I dan
kelas II. HLA akan dikoding oleh gen yang terletak pada kromosom no 6 tepatnya
pada region 6p21.31 (lengan pendek).tiap HLA memiliki kemampuan untuk mengikat
fragmen peptide pada peptide binding site-nya. Masing-masing HLA memiliki
peptide binding site yang bentuknya berbeda,sehingga fragmen peptide yang akan terikat
juga akan berbeda. Hal ini sangat ditentukan oleh protein HLA yang dikoding
oleh kromosom 6. seorang manusia akan menerima gen yang berasal dari kedua
orang tuanya. Satu gen yang berasal dari ayah dan satu gen yang berasal dari
ibu. Oleh karena itu, apabila HLA kelas I terdapat 3 lokus gen dan HLA kelas II
memiliki 3 lokus gen, maka setiap individu akan memiliki 6 jenis HLA kelas I
dan 6 jenis HLA kelas II. Saat ini diketahui tiap lokus gen HLA memiliki
beberapa alel, contohnya HLA-A dapat memiliki 115 alel, sementara HLA-B dapat
memiliki 301 alel. Oleh karena itu, gen HLA dikenal sebagai sistem gen yang
bersifat paling polimorfik. Bagian yang polimorfik ini justru umumnya terdapat
pada peptide binding site. Oleh karena itu, tiap jenis HLA dari alel yang
berbeda dapat mengikat fragmen peptida yang berbeda-beda pula. Selain bersifat
polimorfik, HLA akan diekspresikan secara kodominan, yang berarti apabila
seseorang memiliki 6 jenis HLA kelas I, maka keenam-enamnya akan diekspresikan
pada setiap permukaan sel somatik.
Sel-sel
imun di uterus
Uterus sebagai organ tempat kehamilan
akan berlangsung tentu memiliki peranan penting dalam proses penerimaan embrio.
Lapisan endometrium dapat dianggap sebagai jaringan limfoid tersier setelah
jaringan limfoid primer pada sumsum tulang dan timus serta jaringan limfoid
sekunder pada kelenjar getah bening, limpa, dan Gut Associated Lymphoid Tissue
(GALT). Hal
ini disebabkan leukosit ditemukan jumlahnya cukup banyak baik pada daerah
stroma maupun epitel Dari lapisan endometrium.sejumlah sel leukosit didapatkan
baik secara tersebar
maupun berkelompok bersebelahan dengan kelenjar endometrium pada stratum
fungsional akan sangat berbeda pada setiap fase dari siklus haid. Yang paling
menonjol adalah perubahan pada jumlah sel NK. Jumlah sel NK akan meningkat
secara bermakna pascaovulasi dan jumlahnya akan tetap banyak pada lapisan
desidua saat usia kehamilan dini.
Dalam
kehamilan jaringan lpasentalah yang akan langsung mengadakan kontak dengan
sistem sistem imun maternal. Hal ini disebabkan ole karena sel-sel trofoblas
akan menginvasi hingga ke pembuluh darah maternal. Respons imun yang terjadi
ternyata tidak sesuai dengan hukum transplantasi dimana seharusnya terjadi
reaksi penolakan, karena sel-sel trofoblas yang berasal dari janin seharusnya
juga memiliki HLA paternal. Namun, ada hal-hal yang ahrus dipertimbangkan bahwa
sel-sel trofoblas itu berbeda dengan sel-sel somatic lainnya. Oleh karena itu, respons
imun yang ditimbulkannya tenyu akan sangat berbeda.
Hipotesis mengenai ekspresi HLA-G di
sel-sel trofoblas
Sel-sel
sinsisiotrofoblas yang merupakan lapisan terluar dari jaringan janin dan akan
berkontak dengan sistem imun maternal ternyata tidak mengekspresikan HLA-LA dan
HLA-B dan hanya sedikit mengekspresikan HLA-C. Sebaliknya, sel-sel sinsisiotrofoblas
tersebut mengekspresikan salah satu HLA nonklasik, yaitu HLA-G.
HLA-G
tampaknya berinteraksi dengan KIR seperti layaknya jenis-jenis HLA yang lain dan
akan menekan aktivitas sitotoksitas dari sel NK. Diperkirakan inhibisi terhadap
aktivit6as sel NK tersebut akan memicu toleransi sistem imun maternal pada
embrio. HLA-G yang bersifat monomorfik tampaknya menunjukkan bahwa inhibisi
terhadap sel NK berlaku secara umum tidak terkait dengan genom paternalnya.
HLA-G dapat ditemukan dalam 2 bentuk, yaitu yang ada pada permukaan sel dan
yang bersifat solubel (sHLA-G).
Hipotesis mengenai Leukimia Inhibitor
Factor (LIF) dan reseptor
Lapisan
endometrium uterus tampaknya menghasilkan suatu molekul yang bersifat
hidrosoluber, yang disebut sebagai Leukimia Inhibitor Factor (LIF) salama
siklus haid terkait dengan kadar progesteron. Sementara di sisi lain
blastokista juga akan menghasilkan LIF-reseptor. Selama periode implantasi
lapisan desidua bersama dengan limfosit-limfosit Th2 akan menghasilkan LIF, dan
sel-sel sinsiotrofoblas akan menghasilkan reseptor LIF. Diperkirakan ekspresi
LIF pada desidua san reseptor LIF pada blastokista akan memfasilitasi proses
implantasi. Selain itu, interaksi antara LIF dan reseptornya juga terbukti
dapat memicu pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel trofoblas.
Hipotesisi mengenai Indoleamine
2,3-dioksigenase (IDO)
IDO
adalah suatu protein enzimatik yang berfungsi untuk katabolisme tripofan. Enzim
tersebut telah dibuktikan dapat dihasilkan oleh sel-sel sinsiotrofoblas.
Diperkirakan IDO yang dihasilkan oleh sel-sel sinsiotrofoblas akan merusak
triptofan pada lapisan desidua yang dibutuhkan oleh proliferasi sel-sel imun di
lapisan desidua sehingga dapat memicu toleransi dari sel-sel imun maternal
terhadap embrio.
Hipoteis mengenai keseimbangan Th1-Th2
Sel
helper (CD4+) naïve (Th0) saat mengenali antigen yang dipresentasikan oleh APC
dapat berdiferensiasi menjadi Th1 apabila mendapat sinyal serupa IL-12 dan IFN,
atau menjadi Th2 apabila mendapat sinyal serupa IL-4. Pada
penelitian-penelitian sebelumnya ditunjukkan bahwa dominasi sitokin-sitokin
proinflamasi yang dihasilkan oleh Th1 akan berkolerasi dengan peningkatan
kejadian keguguran. Oleh karena itu, yang dianggap sebagai sitokin yang akan
mempertahankan kehamilan adalah sitokin-sitokin yang dihasilkan ole sel-sel
imun saja, tetapi juga oleh sel-sel trofoblas.
Hipotesis Mengenai Makrofag Supresor
Tampaknya
ada jenis makrofag lain selain makrofag yang telah dikenal secara klasik akan
teraktivasi setelah terstimulasi oleh IFN atau lipoposakarida (LPS), dan
kemudian akan menghasilkan sitokin-sitokin proinflamasi. Makrofag supresor ini
diperkirakan akan menjaga rahim tetap sebagai tempat yang bersifat
immuno-privileged, dengan cara menghasilkan sitokin-sitokin yang bersifat
non-imflamasi seperti IL-10 atau antagonis reseptor IL-1 dan juga menghasilkan
turunan oksigen bebas yang minimal atau tidak sama sekali.
Hipotesis Mengenai Hormon
Beberapa
jenis sitokin dan hormone telah terbukti dapat dihasilkan oleh plasenta. Hormon
yang cukup penting yang dihasilkan oleh plasenta adalah progesteron, di mana
pada beberapa penelitian menunjukkan progesteron terbukti akan memicu produksi
LIF pada emdometrium, dan juga akan memodulasi sistem imun maternal sehingga
keseimbangan Th1 dan Th2 akan bergerak ke arah dominasi th2. selain progesteron
tampaknya hormone pertumbuhan juga akan memegang peranan dalam mmemodulasi
sistem imun, meski saat ini baru terbukti pada spesies Roden. Dalam masa
kehamilan plasenta akan menghasilkan placental Growth Hormone (pGH) yang
memiliki perbedaan 13 asam amino dibandingkan dengan Growth Hormone (GH) yang
dihasilakn oleh hipofisis. pGH akan menggantikan GH dalam sirkulasi maternal pada
trimester kedua dan diperkirakan dapat pula memodulasi sistem imun maternal.
HIPOTESIS MENGENAI CD95 DAN LIGANNYA (CD95L)
Interaksi antara CD95L dan
ligannya yaitu CD95 telah lama dikenal dalam bidang imunologi yang berperan
untuk memicu reaksi apoptosis.Mekanisme interaksi CD95-CD95L umumnya digunakan untuk menjelaskan
pengaturan pergantian sel, pemusnahan sel sel tumor, respons antiviral, dan
yang terpenting adalah untuk melindungi organ organ tertentu dari aktifitas sel
sel imun , contohnya pada organ organ yang harus dilindungi seperti mata dan
testis(organ organ yang bersifat immune privileged).Mekanismenya adalah sel sel
imun memiliki ekspresi CD95, sehungga apabila sel sel imun mengadakan kontak
akan terjadi interaksi CD95-CD95L yang akan memicu apoptosis sel sel imun
tersebut sehingga organ organ tersebut akan dilindungi.
Dalam penelitian
penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa sel sel trofoblas Mampu menghasilkan CD95 dan dalam medium
kultur mampu memicu apoptosis pada sel sel limfosit T yang mengekspresikan
CD95L.Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa sel sel trofoblas mampu
memicu apoptosis sel sel imun maternal apabila sel sel imun mencoba untuk
melakukan kontak dengan sel sel trofoblas.
HIPOTESIS
MENGENAI ANEKSIN II
Aneksin
II adalah anggota keluarga dari glikoprotein yang dapat berikatan dengan
fosfolipid bermuatan negatif.Aneksin adalah membrane associated protein yang
umunya dihasilkan baik oleh sel sel normal maupun sel sel tumor.Namun, telah
dibuktikan plasenta juga mampu untuk menhasilkan aneksin.Dalam suatu penelitian
telah dibuktikan bahwa aneksinII dapat menghambat poliferasi sel sel limfosit
dan juga menghambat produksi antibody IgG ataupun IgM oleh sel sel imun
maternal.Oleh karena itu, molekul ini ditengarai juga memiliki peran dalam hal
memicu toleransi system imun maternal pada embrio.
HIPOTESIS
MENGENAI RENDAHNYA AKTIFITAS KOMPLEMEN
Dalam
system imun innate, komplemen memegang peranan yang cukup penting dalam
menghasilkan sel sel tumor atau asing dengan cara bekerjasama dengan
antibodi.Antibodi akan mengenali antigen asing pada permukaan sel tersebut dan
selanjutnya antibody akan bergabung dengan komplemen untuk menghasilkan
Membrane Attack Complex (MAC) yang mampu melubangi permukaan sel yang memiliki
antigen asing tersebut sehingga sel tersebut akan mengalami kehancuran.Namun,
terdapat beberapa factor yang dapat menghambat mekanisme penghancuran tersebut,
diantaranya adalah Membrane Complement Protein (MCP) yang akan menduduki tempat
berikatannya antibody dengan komplemen sehingga tidak dapat terjadi interaksi
antara antibodi dan komplemen atau terdapatnya peningkatan Decary Accelerating
Factor(DAF), Dimana factor tersebut dapat meningkatkan tingkat penghancuran
complement.
HIPOTESIS
MENGENAI PENYEMBUNYIAN ANTIGEN TROFOBLAS
Hipotesis
ini masih bersifat
spekulatif.Diperkirakan antigen antigen paternal pada permukaan sel trofoblas
dikamuflase oleh suatu blocking antibody dan materi materi fibrin atau lapisan
sialomusin.Selain itu ada pula teori mengenai antigen paternal pada sel sel
trofoblas, sehingga antibody tersebut tidak dapat mengaktivasi system imun
lainnya.Hal hal tersebut diatas akan menyembunyikan ekspresi antigen paternal
pada janin sehingga dapat memicu reaksi toleransi dari system imun maternal.
GAMBAR-GAMBAR DASAR IMUNOLOGI
BAB
3
PENUTUP
KESIMPULAN
System
imun adalah suatu organisasi yang terdiri atas sel sel dan molekul molekul yang
memiliki peranan khusus dalam menciptakan suatu system pertahanan tubuh
terhadap infeksi atau benda asing.
HLA
adalah suatu molekul yang akan mempresentasikan fragmen peptida pada permukaan
sel. Fragmen peptide yang dipresentasikan oleh HLA berasal dari protein eksogen
ataupun endogen yang diproses baik melalui jalur endositik (HLA kelas II maupun
jalur sitosolik (HLA kelas I).
Penerapan
sel imun diuterus adalah Uterus sebagai organ tempat kehamilan akan berlangsung
tentu memiliki peranan penting dalam proses penerimaan embrio. Lapisan
endometrium dapat dianggap sebagai jaringan limfoid tersier setelah jaringan
limfoid primer pada sumsum tulang dan timus serta jaringan limfoid sekunder
pada kelenjar getah bening, limpa, dan Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT).
Hal ini disebabkan leukosit ditemukan jumlahnya cukup banyak baik pada daerah
stroma maupun epitel.
Beberapa
Hipotesis Mengenai Keberhasilan Kehamilan Terkait Dengan Respons Imun yaitu :
1.Hipotesis mengenai
ekspresi HLA-G di sel-sel trofoblas
2.Hipotesis mengenai
Leukimia Inhibitor Factor (LIF) dan reseptor
3.Hipotesisi mengenai
Indoleamine 2,3-dioksigenase (IDO)
4.Hipoteis mengenai
keseimbangan Th1-Th2
5.Hipotesis Mengenai
Makrofag Supresor
6.Hipotesis Mengenai
Hormon
7.Hipotesis mengenai cd95 dan ligannya
(cd95l)
8.Hipotesis mengenai
aneksin ii
9.Hipotesis mengenai rendahnya aktifitas komplemen
10.Hipotesis mengenai
penyembunyian antigen trofoblas
SARAN
Oleh
karena itu untuk untuk menjaga kehamilan agar tetap sehat hingga neonatus maka
system imunologi dalam tubuh harus disertai dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan sehat untuk janin dan ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Klein J, Sato A.The HLA system.N
Engl J Med. 2000;343:702-9
Prawirohardjo, Sarwono(2008).ilmu kebidanan.Jakarta:Penerbit PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Chaouat G.Fetal-Maternal
immunological relationship.Encyclopedia of Life Sciences.2001:1-7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar