Jumat, 03 Februari 2012

IMUNOLOGI


IMUNOLOGI












Disusun Oleh :
Kelompok 6

v Ella Amelia
v Laumi Armesi
v Rahmi Eka Mardiansih
v Siti Aleka
v Wira 



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
Jl. Hibrida Raya No.3 Telp (0736) 25091
BENGKULU
KATA PENGANTAR


        Puji syukur kami panjatkan kepada TUHAN YME yang telah memberikan rahmatnya kepada kita semua, serta telah memberikan kita kesehatan sehingga bisa menyelesaikan makalh ini dengan cukup baik.
            Didalam makalh ini kami telah menyusun beberapa pengetahuan tentang Perkembangan Dan Kesiapan Kehidupan Neonatus Dari Intra Uterin Ke Ekstra Uterin yang mengenai IMUNOLOGI .Dengan kemampuan kami, kami telah mengambil dari bebrapa sumber untuk menyelesaikan makalah ini.
            Kami sadar jika makalah ini belum cukup sempurna tetapi kami berharap supaya makalah ini bisa menambah wawasan bagi yang membacanya.Untuk ketidaksempurnaan itu kami juga membutuhkan kritik dan saran dari pembaca.





Bengkulu, 01 Januari 2011


PENYUSUN








DAFTAR ISI

Kata pengantar    ......................................................................................2
Pendahuluan        ......................................................................................4
-latar belakan       ......................................................................................4
-Rumusan masalah        ......................................................................................4
-Tujuan khusus    ......................................................................................4
-Tujuan umum     ......................................................................................4
Landasan Teori    ......................................................................................5
-sistem imun         ......................................................................................5
-HLA                    ......................................................................................6
-Sel sel imun di uterus.................................................................................8
Gambar dasar imunologi.............................................................................13
Penutup                ......................................................................................15
-Kesimpulan         ......................................................................................15
-Saran                  ......................................................................................15
Daftar pustaka     ......................................................................................17










BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitro, in situ, dan in vivo. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin.Oleh karena itu kami akan memberikan uraian mengenai dasar dasar IMUNOLOGI.
B.RUMUSAN MASALAH
  1. Apa yang dimaksud dengan system imun?
  2. Apa yang dimaksud HLA?
  3. Bagaimana penerapan sel sel imun di uterus?
  4. Apa saja Hipotesis yang berkaitan dengan Keberhasilan Kehamilan Terkait dengan respons imun?
C.TUJUAN UMUM
Memahami kehamilan sebagai suatu kejadian paradoks dalam bidang imunologi
D.TUJUAN KHUSUS
a.  Memahami janin sebagai suatu jaringan yang bersifat semialogenik
b.  Memahami dasar dasar respons imun innate dan adaptif
c.   Memahami fungsi dan peran HLA dalam pengenalan antigen
d.  Memahami bagaimana HLA diturunkan dari orang tua ke anak
e.  Memahami sel sel imun diuterus
f.    Mengetahui beberapa hipotesis tentang toleransi system imun maternal pada antigen janin
BAB 2
LANDASAN TEORI
SISTEM IMUNOLOGI
A.respons yang bersifat innate(alami/nonspesifik): respons imun tersebut akan selalu sama seberapapun seringnya antigen tersebut masuk kedalam tubuh.
Respons ini akan menggunakan :
1.    Sel sel yng bersifat fagositik seperti neutrofil, monosit dan makrofag
2.    Sel sel yang akan menghasilkan mediator mediator inflamasi seperti basofil, sel mast, dan eosinofil
3.    Sel NATURAL KILLER(NK)
Selain itu system respons imun juga memiliki molekul molekul, seperti komplemen, protein fase akut, dan sitokin.
B.respons yang bersifat adaptif (didapat/spesifik): akan terjadi perubahan respons imun menjadi adekuat seiring dengan semakin seringnya antigen tersebut masuk ke dalam tubuh.
Respons adaptif akan terlihat dengan adanya poliferasi sel sel limfosit T dan B.Sel limfosit akan B akan menghasilkan antibodi dan sel limfosit T akan membunuh pathogen intraselular dengan cara mengaktifkan makrofag atau membunuh secara langsung sel sel yang terinfeksi oleh virus.
System imun dalam tubuh manusia akan bereaksi apabila mampu mengenali kuman atu benda asing yang masuk ke dalam tubuh.Molekul molekul yang dapat dikenali oleh reseptor sel sel imun disebut sebagai antigen.LOkasi tempat  berikatan reseptor dengan molekul molekul tersebut ukurannya sangat terbatas.Oleh karena itu, pada molekul molekul dengan struktur yang kompleks  hanya mengenali sebagian dari struktur yang kompleks disebut sebagai epitop.Artinya, suatu molekul dengan struktur yang kompleks akan memiliki epitop yang bervariasi (mosaik).
Mikroorganisme yang ditemukan sehari hari oleh seorang manusia yang sehat  umumnya tidak akan menimbulkan gejala penyakit sama sekali, karena umumnya akan berhasil dikenali dan dihancurka oleh respons imun innate dalam hitungan menit atau jam.Untuk dapat bekerja dengan efektif reseptor imun innate harus mampu mendeteksi antigen antigen yang bersifat asing.Namun bebeda dengan reseptor yang ada pada respons imun adaptif mka dalam proses imun innate reseptor reseptor yang ada relative lebih terbatas dan konstan dari generasi ke generasi.Meski demikian system imun innate tetap mampu mengenali mikroorganisme walaupun tingkat mutasi yang terjadi pada mikroorganisme tersebut cukup tinggi keadaannya.Meski demikian reseptor2 imun innate akan kesulitan berkembang biak  didalam sel sehingga komponen komponennya akan dibentuk dalam sel contohnya virus.
Apabila mikroorganisme tersebut mampu mengatasi hadangan dari system imun innate, maka akan dihadapi oleh system imun adaptif.Mikroorganisme beserta produk produknya yang berada di ekstraselular akan dikenali pada reseptor reseptor yang ada pada limfosit B, dalam hal ini adalah antibodi.Sementara untuk mikroorganisme yang ada di intraselular , produk produknya akan dikenali oleh reseptor reseptor yang ada di limfosit T (T cell reseptor =TCR).TCR akan mengenali fragmen fragmen peptide yang berasal dari mikroorganisme intrasel dan dipresentasikan oleh HLA  pada permukaan sel atau sel sel khusus yang disebut sebagai Antigen Presenting Cells(APC) seperti sel dendritik, makrofag, dan limfosit B.
Human Leukocyte Antigen (HLA)
Seperti disebutkan sebelumnya HLA memegang peranan penting dalam aktivasi respons imun baik yang bersifat innate maupun adaptif. Kalau sistem innate cara mengenali antigennya lebih kepada pengenalan struktur karbohidrat ataupun lipid yang asing, yang tidak ditemukan di dalam tubuh (non-self), maka respons imun adaptif lebih melakukan pengenalan kepada struktur peptide yang berasal dari protein asing (non-self). Pengenalan terhadap struktur peptide ini akan lebih menguntungkan karena diversitas struktur peptide ternyata lebih banyak jika dibandingkan dengan karbohidratataupun lipid. Oleh karena itu, diharapkan sistem imun adaptif dapat lebih mengenali secara spesifik suatu imunogen sehingga dapat memicu suatu respons imun yang lebih spesifik.
HLA adalah suatu molekul yang akan mempresentasikan fragmen peptida pada permukaan sel. Fragmen peptide yang dipresentasikan oleh HLA berasal dari protein eksogen ataupun endogen yang diproses baik melalui jalur endositik (HLA kelas II maupun jalur sitosolik (HLA kelas I). fragmen peptide yang dipresentasikan juga berasal dari protein self dan non-self. Oleh karena proses tadi berjalan secara terus menerus, maka permukaan sel akan dipenuhi oleh HLA-HLA dengan fragmen peptidanya masing-masing. Sel-sel yang tidak terinfeksi tentu saja hanya akan mempresentasikan fragmen-fragmen peptida self. Oleh karena itu, HLA juga bersifat sebagai pertanda imunogenik dimana memiliki fungsi untuk membedakan antara sel-sel yang berasal dari diri sendiri (self) dengan sel-sel yang berasal dari orang lain (non-self) atau histokompatibilitas. Oleh karena itu, HLA sering disebut pula Major Histocompatibility complex (MHC) yang ada pada manusia. Dasar-dasar pengetahuan mengenai HLA saat ini telah jauh berkembang seiring dengan semakin majunya ilmu kedokteran transplantasi. Hal ini jugalah yang mendasari pemikiran-pemikiran mengenai keilmuan imunoilogi reproduksi.
HLA berdasarkan struktur dan fungsinya terdiri atas 2 kelas, yaitu kelas I dan kelas II. HLA akan dikoding oleh gen yang terletak pada kromosom no 6 tepatnya pada region 6p21.31 (lengan pendek).tiap HLA memiliki kemampuan untuk mengikat fragmen peptide pada peptide binding site-nya. Masing-masing HLA memiliki peptide binding site yang bentuknya berbeda,sehingga fragmen peptide yang akan terikat juga akan berbeda. Hal ini sangat ditentukan oleh protein HLA yang dikoding oleh kromosom 6. seorang manusia akan menerima gen yang berasal dari kedua orang tuanya. Satu gen yang berasal dari ayah dan satu gen yang berasal dari ibu. Oleh karena itu, apabila HLA kelas I terdapat 3 lokus gen dan HLA kelas II memiliki 3 lokus gen, maka setiap individu akan memiliki 6 jenis HLA kelas I dan 6 jenis HLA kelas II. Saat ini diketahui tiap lokus gen HLA memiliki beberapa alel, contohnya HLA-A dapat memiliki 115 alel, sementara HLA-B dapat memiliki 301 alel. Oleh karena itu, gen HLA dikenal sebagai sistem gen yang bersifat paling polimorfik. Bagian yang polimorfik ini justru umumnya terdapat pada peptide binding site. Oleh karena itu, tiap jenis HLA dari alel yang berbeda dapat mengikat fragmen peptida yang berbeda-beda pula. Selain bersifat polimorfik, HLA akan diekspresikan secara kodominan, yang berarti apabila seseorang memiliki 6 jenis HLA kelas I, maka keenam-enamnya akan diekspresikan pada setiap permukaan sel somatik.
Sel-sel imun di uterus
Uterus sebagai organ tempat kehamilan akan berlangsung tentu memiliki peranan penting dalam proses penerimaan embrio. Lapisan endometrium dapat dianggap sebagai jaringan limfoid tersier setelah jaringan limfoid primer pada sumsum tulang dan timus serta jaringan limfoid sekunder pada kelenjar getah bening, limpa, dan Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT). Hal ini disebabkan leukosit ditemukan jumlahnya cukup banyak baik pada daerah stroma maupun epitel Dari lapisan endometrium.sejumlah sel leukosit didapatkan baik secara tersebar maupun berkelompok bersebelahan dengan kelenjar endometrium pada stratum fungsional akan sangat berbeda pada setiap fase dari siklus haid. Yang paling menonjol adalah perubahan pada jumlah sel NK. Jumlah sel NK akan meningkat secara bermakna pascaovulasi dan jumlahnya akan tetap banyak pada lapisan desidua saat usia kehamilan dini.
Dalam kehamilan jaringan lpasentalah yang akan langsung mengadakan kontak dengan sistem sistem imun maternal. Hal ini disebabkan ole karena sel-sel trofoblas akan menginvasi hingga ke pembuluh darah maternal. Respons imun yang terjadi ternyata tidak sesuai dengan hukum transplantasi dimana seharusnya terjadi reaksi penolakan, karena sel-sel trofoblas yang berasal dari janin seharusnya juga memiliki HLA paternal. Namun, ada hal-hal yang ahrus dipertimbangkan bahwa sel-sel trofoblas itu berbeda dengan sel-sel somatic lainnya. Oleh karena itu, respons imun yang ditimbulkannya tenyu akan sangat berbeda.
Hipotesis mengenai ekspresi HLA-G di sel-sel trofoblas
Sel-sel sinsisiotrofoblas yang merupakan lapisan terluar dari jaringan janin dan akan berkontak dengan sistem imun maternal ternyata tidak mengekspresikan HLA-LA dan HLA-B dan hanya sedikit mengekspresikan HLA-C. Sebaliknya, sel-sel sinsisiotrofoblas tersebut mengekspresikan salah satu HLA nonklasik, yaitu HLA-G.
HLA-G tampaknya berinteraksi dengan KIR seperti layaknya jenis-jenis HLA yang lain dan akan menekan aktivitas sitotoksitas dari sel NK. Diperkirakan inhibisi terhadap aktivit6as sel NK tersebut akan memicu toleransi sistem imun maternal pada embrio. HLA-G yang bersifat monomorfik tampaknya menunjukkan bahwa inhibisi terhadap sel NK berlaku secara umum tidak terkait dengan genom paternalnya. HLA-G dapat ditemukan dalam 2 bentuk, yaitu yang ada pada permukaan sel dan yang bersifat solubel (sHLA-G).
Hipotesis mengenai Leukimia Inhibitor Factor (LIF) dan reseptor
Lapisan endometrium uterus tampaknya menghasilkan suatu molekul yang bersifat hidrosoluber, yang disebut sebagai Leukimia Inhibitor Factor (LIF) salama siklus haid terkait dengan kadar progesteron. Sementara di sisi lain blastokista juga akan menghasilkan LIF-reseptor. Selama periode implantasi lapisan desidua bersama dengan limfosit-limfosit Th2 akan menghasilkan LIF, dan sel-sel sinsiotrofoblas akan menghasilkan reseptor LIF. Diperkirakan ekspresi LIF pada desidua san reseptor LIF pada blastokista akan memfasilitasi proses implantasi. Selain itu, interaksi antara LIF dan reseptornya juga terbukti dapat memicu pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel trofoblas.
Hipotesisi mengenai Indoleamine 2,3-dioksigenase (IDO)
IDO adalah suatu protein enzimatik yang berfungsi untuk katabolisme tripofan. Enzim tersebut telah dibuktikan dapat dihasilkan oleh sel-sel sinsiotrofoblas. Diperkirakan IDO yang dihasilkan oleh sel-sel sinsiotrofoblas akan merusak triptofan pada lapisan desidua yang dibutuhkan oleh proliferasi sel-sel imun di lapisan desidua sehingga dapat memicu toleransi dari sel-sel imun maternal terhadap embrio.
Hipoteis mengenai keseimbangan Th1-Th2
Sel helper (CD4+) naïve (Th0) saat mengenali antigen yang dipresentasikan oleh APC dapat berdiferensiasi menjadi Th1 apabila mendapat sinyal serupa IL-12 dan IFN, atau menjadi Th2 apabila mendapat sinyal serupa IL-4. Pada penelitian-penelitian sebelumnya ditunjukkan bahwa dominasi sitokin-sitokin proinflamasi yang dihasilkan oleh Th1 akan berkolerasi dengan peningkatan kejadian keguguran. Oleh karena itu, yang dianggap sebagai sitokin yang akan mempertahankan kehamilan adalah sitokin-sitokin yang dihasilkan ole sel-sel imun saja, tetapi juga oleh sel-sel trofoblas.
Hipotesis Mengenai Makrofag Supresor
Tampaknya ada jenis makrofag lain selain makrofag yang telah dikenal secara klasik akan teraktivasi setelah terstimulasi oleh IFN atau lipoposakarida (LPS), dan kemudian akan menghasilkan sitokin-sitokin proinflamasi. Makrofag supresor ini diperkirakan akan menjaga rahim tetap sebagai tempat yang bersifat immuno-privileged, dengan cara menghasilkan sitokin-sitokin yang bersifat non-imflamasi seperti IL-10 atau antagonis reseptor IL-1 dan juga menghasilkan turunan oksigen bebas yang minimal atau tidak sama sekali.
Hipotesis Mengenai Hormon
Beberapa jenis sitokin dan hormone telah terbukti dapat dihasilkan oleh plasenta. Hormon yang cukup penting yang dihasilkan oleh plasenta adalah progesteron, di mana pada beberapa penelitian menunjukkan progesteron terbukti akan memicu produksi LIF pada emdometrium, dan juga akan memodulasi sistem imun maternal sehingga keseimbangan Th1 dan Th2 akan bergerak ke arah dominasi th2. selain progesteron tampaknya hormone pertumbuhan juga akan memegang peranan dalam mmemodulasi sistem imun, meski saat ini baru terbukti pada spesies Roden. Dalam masa kehamilan plasenta akan menghasilkan placental Growth Hormone (pGH) yang memiliki perbedaan 13 asam amino dibandingkan dengan Growth Hormone (GH) yang dihasilakn oleh hipofisis. pGH akan menggantikan GH dalam sirkulasi maternal pada trimester kedua dan diperkirakan dapat pula memodulasi sistem imun maternal.
 HIPOTESIS MENGENAI CD95 DAN LIGANNYA (CD95L)
Interaksi antara CD95L dan ligannya yaitu CD95 telah lama dikenal dalam bidang imunologi yang berperan untuk memicu reaksi apoptosis.Mekanisme interaksi CD95-CD95L  umumnya digunakan untuk menjelaskan pengaturan pergantian sel, pemusnahan sel sel tumor, respons antiviral, dan yang terpenting adalah untuk melindungi organ organ tertentu dari aktifitas sel sel imun , contohnya pada organ organ yang harus dilindungi seperti mata dan testis(organ organ yang bersifat immune privileged).Mekanismenya adalah sel sel imun memiliki ekspresi CD95, sehungga apabila sel sel imun mengadakan kontak akan terjadi interaksi CD95-CD95L yang akan memicu apoptosis sel sel imun tersebut sehingga organ organ tersebut akan dilindungi.
Dalam penelitian penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa sel sel trofoblas  Mampu menghasilkan CD95 dan dalam medium kultur mampu memicu apoptosis pada sel sel limfosit T yang mengekspresikan CD95L.Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa sel sel trofoblas mampu memicu apoptosis sel sel imun maternal apabila sel sel imun mencoba untuk melakukan kontak dengan sel sel trofoblas.
HIPOTESIS MENGENAI ANEKSIN II
            Aneksin II adalah anggota keluarga dari glikoprotein yang dapat berikatan dengan fosfolipid bermuatan negatif.Aneksin adalah membrane associated protein yang umunya dihasilkan baik oleh sel sel normal maupun sel sel tumor.Namun, telah dibuktikan plasenta juga mampu untuk menhasilkan aneksin.Dalam suatu penelitian telah dibuktikan bahwa aneksinII dapat menghambat poliferasi sel sel limfosit dan juga menghambat produksi antibody IgG ataupun IgM oleh sel sel imun maternal.Oleh karena itu, molekul ini ditengarai juga memiliki peran dalam hal memicu toleransi system imun maternal pada embrio.
HIPOTESIS MENGENAI  RENDAHNYA AKTIFITAS KOMPLEMEN
            Dalam system imun innate, komplemen memegang peranan yang cukup penting dalam menghasilkan sel sel tumor atau asing dengan cara bekerjasama dengan antibodi.Antibodi akan mengenali antigen asing pada permukaan sel tersebut dan selanjutnya antibody akan bergabung dengan komplemen untuk menghasilkan Membrane Attack Complex (MAC) yang mampu melubangi permukaan sel yang memiliki antigen asing tersebut sehingga sel tersebut akan mengalami kehancuran.Namun, terdapat beberapa factor yang dapat menghambat mekanisme penghancuran tersebut, diantaranya adalah Membrane Complement Protein (MCP) yang akan menduduki tempat berikatannya antibody dengan komplemen sehingga tidak dapat terjadi interaksi antara antibodi dan komplemen atau terdapatnya peningkatan Decary Accelerating Factor(DAF), Dimana factor tersebut dapat meningkatkan tingkat penghancuran complement.
HIPOTESIS MENGENAI PENYEMBUNYIAN ANTIGEN TROFOBLAS
            Hipotesis ini masih  bersifat spekulatif.Diperkirakan antigen antigen paternal pada permukaan sel trofoblas dikamuflase oleh suatu blocking antibody dan materi materi fibrin atau lapisan sialomusin.Selain itu ada pula teori mengenai antigen paternal pada sel sel trofoblas, sehingga antibody tersebut tidak dapat mengaktivasi system imun lainnya.Hal hal tersebut diatas akan menyembunyikan ekspresi antigen paternal pada janin sehingga dapat memicu reaksi toleransi dari system imun maternal.



GAMBAR-GAMBAR DASAR IMUNOLOGI
BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN

*      System imun adalah suatu organisasi yang terdiri atas sel sel dan molekul molekul yang memiliki peranan khusus dalam menciptakan suatu system pertahanan tubuh terhadap infeksi atau benda asing.
*      HLA adalah suatu molekul yang akan mempresentasikan fragmen peptida pada permukaan sel. Fragmen peptide yang dipresentasikan oleh HLA berasal dari protein eksogen ataupun endogen yang diproses baik melalui jalur endositik (HLA kelas II maupun jalur sitosolik (HLA kelas I).
*      Penerapan sel imun diuterus adalah Uterus sebagai organ tempat kehamilan akan berlangsung tentu memiliki peranan penting dalam proses penerimaan embrio. Lapisan endometrium dapat dianggap sebagai jaringan limfoid tersier setelah jaringan limfoid primer pada sumsum tulang dan timus serta jaringan limfoid sekunder pada kelenjar getah bening, limpa, dan Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT). Hal ini disebabkan leukosit ditemukan jumlahnya cukup banyak baik pada daerah stroma maupun epitel.
*      Beberapa Hipotesis Mengenai Keberhasilan Kehamilan Terkait Dengan Respons Imun yaitu :
1.Hipotesis mengenai ekspresi HLA-G di sel-sel trofoblas
2.Hipotesis mengenai Leukimia Inhibitor Factor (LIF) dan reseptor
3.Hipotesisi mengenai Indoleamine 2,3-dioksigenase (IDO)
4.Hipoteis mengenai keseimbangan Th1-Th2
5.Hipotesis Mengenai Makrofag Supresor
6.Hipotesis Mengenai Hormon
7.Hipotesis mengenai cd95 dan ligannya (cd95l)
8.Hipotesis mengenai aneksin ii
9.Hipotesis mengenai  rendahnya aktifitas komplemen
10.Hipotesis mengenai penyembunyian antigen trofoblas

SARAN

        Oleh karena itu untuk untuk menjaga kehamilan agar tetap sehat hingga neonatus maka system imunologi dalam tubuh harus disertai dengan mengkonsumsi makanan  yang bergizi dan sehat untuk janin dan ibu.
       






























DAFTAR PUSTAKA


Klein J, Sato A.The HLA system.N Engl J Med. 2000;343:702-9

Prawirohardjo, Sarwono(2008).ilmu kebidanan.Jakarta:Penerbit PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Chaouat G.Fetal-Maternal immunological relationship.Encyclopedia of Life Sciences.2001:1-7























Tidak ada komentar:

Posting Komentar